Kualitas Merata
Seleksi Asian Student Exchange dan Sunburst Youth Camp(ASE dan SYC) yang berlangsung 2 – 5 Maret 2009 di Lembaga Peningkatan Mutu Pendidikan (LPMP) dibuka oleh Dr.Sungkowo M. Menurut Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas, semua peserta memiliki kualitas yang merata. Siapa yang akan terpilih, nantinya akan menjadi kebanggaan bagi sekolah, keluarga dan negara. Melalui ajang ini, para siswa akan memperoleh pengalaman berharga sekaligus menambah teman dari berbagai negara.
Di sela-sela acara pembukaan ASE dan SYC Dr. Sungkowo M, menuturkan, kebudayaan Indonesia sangat spesifik. Indonesia mempunyai budaya ramah tamah, berkepribadian baik, berperilaku baik, punya nilai religius, juga memiliki kesenian yang beragam. Seni inilah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke. Banyak yang bisa diexplore dari seni. Melalui seni tercermin siswa-siswa yang cerdas, sehat, dan berkepribadian baik.
“Ternyata anak-anak yang di panggil untuk mengikuti seleksi ini memiliki kepribadian yang bagus, mereka ada yang bisa membaca Al Qur’an dengan lancar. Di samping itu do’anya juga bagus. Kadang kadang kita terkecoh dengan kasus-kasus yang memberitakan tentang mereka. Berita-berita miring itu di blow up di media massa, yang ditampilkan hanya buruknya saja. Di sini kita bisa melihat, bahwa kita memiliki anak-anak yang baik.” Ujarnya.
Pada seleksi ASE dan SYC ini, metode seleksi tidak mencari siapa yang lulus atau tidak lulus, namun tim juri hanya membuat rangking yang terbaik. Di lihat dari kemampuan akademik, para peserta memiliki kemampuan akademik yang merata, hanya mereka belum terasah saja. Pada lomba ini juga diujikan potensi akademik, psikologi, dan Bahasa Inggris. Sedangkan di potensi akademik, akan diujikan soal-soal yang mengandung kemampuan seni dan sosial. Diharapkan, siswa yang akan berangkat nanti, dapat menjadi duta yang the best, juga bisa membawa nama baik bangsa Indonesia di negara-negara Asia.
Menurut Prof. Dr. M. Noor Rochman Hadjam, ketua tim penguji dari Universitas Gajah Mada, metode seleksi tetap sama, namun materinya yang berbeda. Kriteria pemilihan siswa, masih sama dengan tahun lalu. Sedangkan ketua koordinator pelaksana juri, Wahyu Widiarso, MA, menjelaskan, teknis penjurian dibagi menjadi 3 komponen. Pertama penalaran mereka. Di situ dinilai kemampuan mereka dalam memahami masalah. Di samping itu, wawasan mereka juga dinilai. Kedua penilaian terhadap emosi peserta. Penilaian ini mencakup cara siswa dalam mengelola emosi, penyesuaian diri, adaptasi, dan motivasi belajar. Ketiga, penilaian terhadap ketrampilan. Pada penilaian ini akan dititikberatkan pada bobot yang berbeda antara penalaran, emosi dan psiko motorik. Kemampuan berbahasa Inggris hanya sekedar untuk mengecek saja, sebab kemampuan peserta pada penguasaan bahasa internasional yang satu ini sudah sangat baik.Penambahan komponen sudah dilakukan dari tahun lalu, di antaranya interpersonal, komunikasi, dan bagaimana cara si siswa bergaul. “Kemampuan dari semua peserta merata, mereka cepat belajar dan beradaptasi. Saat psikotest dan menunjukkan kemampuan dalam berkesenian, kemampuan mereka berada di atas rata-rata. Ujian untuk mengetahui potensi akademis yang mereka miliki hanya sekedar untuk mengetahui dasar-dasarnya saja. Ujian-ujian yang diberikan juga bersifat simulasi, tujuannya untuk menguji ketahanan mereka. Dari situ bisa diketahui mana siswa yang mudah bosan, mudah putus asa, kurang motivasi dan gampang menyerah. Namun demikian, ada juga siswa yang tetap bersemangat dan berusaha memecahkan masalah dengan baik.” demikian Wahyu.
Ni Luh Christina Prapmika Jayanti, Kelas XI SMAN 1 Denpasar
M. Nazir Akbar, Ni Luh Christina Prapmika
Titin, panggilan akrabnya, merasa senang bisa mengikuti seleksi ini. Menurutnya, seleksi yang ia ikuti, sangat berguna, melalui ajang ini ia banyak memperoleh pengalaman. Ia juga merasa bangga menjadi calon duta Indonesia yang akan mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional. Awalnya, psikotest dan Toefl yang diujikan dirasakannnya cukup sulit. Namun, ia pantang menyerah dan harus tetap optimis. “Asal berdo’a dan berusaha dengan sungguh-sungguh, semua pasti ada jalan. Kalau lolos saya berharap bisa mengharumkan nama bangsa dan dapat memperbaiki nama Indonesia di mata dunia. Selain itu juga bisa bersaing di kancah internasional. ” Ujar siswa yang juga berprofesi sebagai penyiar radio Casanova, Bali ini. Di samping itu, gadis yang enerjik ini, pada 2006-2008 menjadi duta anak Indonesia di bidang pendidikan. Sekarang ia menjabat sebagai Sekretaris Forum Anak Daerah. Titin juga memiliki segudang prestasi di bidang sosial, seni budaya dan keagamaan. Dalam sesi unjuk kesenian, Titin yang sejak umur 4 tahun sudah belajar tari Bali, membawakan tari oleg tamulilingan dengan gemulai. Bila tidak terpilih tentu saja ia merasa sedih, menurutnya perasaan sedih itu manusiawi. Tapi meski demikian ia akan tetap optimis.
M. Nazir Akbar, Kelas X SMAN 78 Jakarta Barat
Bagi Nazir Akbar, ikut dalam seleksi ini sungguh seru. Ia merasa senang memperoleh teman dari seluruh Indonesia. Selain itu, ia juga bisa menambah wawasan dengan mengetahui adat istiadat dari berbagai daerah di Indonesia. Secara keseluruhan, Nazir mengaku menjalani semua ujian dengan cukup lancar. Pada sesi unjuk kesenian dia menyayikan Lagu bungong jeumpa dari Aceh sambil bermain gitar. Siswa yang aktif di olahraga bola basket dan pandai bermain gitar ini tidak merasa kecewa bila tidak terpilih. Ia menerima dengan lapang dada hasil dari seleksi ini.
Arreush Ainny Gozali, Kelas XI SMAN 1 Bandung
Acara seleksi ini merupakan kesempatan untuk menunjukan dan mengukur kemampuan bakat yang dimilikinya. Di ajang ini ia bisa bertukar budaya. Siswi yang aktif di ekskul sekolahnya dan bercita-cita menjadi sekretaris ini, juga tergabung dalam paduan suara dan vocal group sekolah. Ia mengaku tidak mengalami kendala saat menjalani tes psikologi. Satu hal yang membuatnya tertantang adalah saat mengikuti ujian Toefl. Selebihnya ia merasa nyaman-nyaman saja saat membawakan tari merak. “Kalau lulus saya sangat bersyukur dan ini menjadi misi saya untuk menunjukan pada dunia internasional bahwa budaya Indonesia itu banyak, beragam dan menarik. Saya senang bisa memperkenalkan kebudayaan Indonesia pada negara lain. Seandainya tidak terpilih pun tak masalah, karena ikut seleksi ini saja saya sudah senang. “ katanya gembira.
Yusuf Amin Yafie, Kelas XI SMAN 2 Kota Bengkulu
“Acara ini sangat berkesan dan menarik sekali. Saya bisa bertemu, berkenalan dengan teman-teman baru. Mereka sudah seperti keluarga bagi saya.” Ujar cowok yang lancar berbahasa Inggris ini. Selain itu, Yusuf juga aktif di eskul l debat bahasaI Inggris di sekolahnya. Melalui debat bahasa Inggris, ia kerap menjadi juara. Presiden English Club di sekolahnya, saat ini menjabat sebagai Ketua Osis Sekolah. Lolos atau tidak, itu bukan masalah. Ia merasa senang bisa mengetahui beragam karakteristik dari teman-temannya. “Melalui kegiatan ini, saya berharap bisa memetik pengalaman yang berharga yang bisa diterapkan dalam kehidupan se hari-hari.” Kata siswa yang aktif di kegiatan Risma (Remaja Islam Masjid) di lingkungannya. (Sidik/fanny)

0 komentar:
Posting Komentar